Sudah bukan rahasia lagi kalau punya mobil Eropa walaupun tua tapi tetap terasa gengsinya, intinya semakin tua mobil Eropa akan semakin klasik, berbeda dari mobil keluaran negara lain (ga mau sebut merek). Pemiliknya pun dianggap memiliki dompet tebal, mungkin ga salah sih, tebal tagihan bengkelnya #peace.. Bukan rahasia juga kalau mobil Eropa memiliki masalah unik yang beda dari yang lain, biasanya ga jauh dari urusan elektrik.
Ada pepatah "kalau senang BMW pasti senang ngebut" atau "Kalau mau kelihatan muda ya pakai BMW". Well, ga salah sih memang BMW pada dasarnya diciptakan untuk kenyamanan berkendara, inget loh berkendara, bukan pakai supir.. Sesuai semboyannya "Ultimate Driving Machine" dan "Sheer Driving Pleasure". Jadi kalau suka nyetir sendiri dan suka mobil Eropa lebih baik pilih BMW dongss... BMW juga punya sihir untuk menipu umur di KTP, karena penggemar BMW sering disebut berjiwa muda walaupun pilihan lagu saat karaoke bisa membongkar kebohongan anda #hehe.
BMW diciptakan dengan distribusi bobot 50:50 sehingga menjadikannya superior di tikungan. Intinya kalau ada mobil mengalahkan BMW di jalur lurus, pasti BMW akan menyalip di tikungan. Walaupun begitu, BMW bukanlah mobil pelan, rata-rata produknya bisa berakselerasi 0-100 km/jam dibawah 9 detik.
Tapi dengan kelebihan itu, BMW juga memiliki kelemahan sendiri yaitu sistem pendinginan dan kaki-kaki, yang paling sering jadi kambing hitamnya ya cuaca dan kondisi jalanan di Indonesia yang tidak semulus paha Miyabi, eits.. Eropa maksudnya..
Mungkin dalam hal jalan memang ga bisa disangkal, jalanan Indonesia sangat jauh dari kata layak. Tetapi dalam hal sistem pendinginan, belum tentu cuaca penyebabnya, bisa jadi pemilik sebelumnya hanya bisa beli BMW tapi malas merawatnya, jadi kalau sudah banyak masalah baru jual deh, dan pemilik selanjutnya yang jadi tumbal, dan kalau ga tahan biasanya bilang BMW rewel, mahal, dkk..
Berikut BMW pilihan saya beserta kelebihan dan kekurangannya:
BMW E30
Inilah seri BMW yang sudah resmi menyandang predikat "klasik", harganya melambung sangat tinggi, banyak digandrungi anak muda, biasa untuk dijadikan mobil harian, mobil drift maupun balap. Yep anda tidak salah baca. Bukan tanpa alasan, BMW juga dikenal dengan mobil yang paling sering melakukan engine swap, pada E30 ini biasa dimasukkan mesin M50, M52, bahkan ada yang menggunakan mesin M62 V8, gahar kan.
Dalam keadaan standar E30 di Indonesia menggunakan mesin M10 dan M40 berkapasitas 1.800 cc. Ada yang menggunakan mesin M20 2.500cc tetapi unitini sangat langka.
Kelebihan dari model ini adalah bentuknya yang klasik, bodi yang sangat ringan, dan simplicity. Mobil ini tidak memiliki banyak elektronik sehingga mudah merawatnya, bahkan teman saya berkata "kayak piara kijang".
Kekurangannya biasa mobil ini belum dilapisi anti karat, sehingga perlu pengamatan yang sangat teliti sebelum membelinya, kalaupun sudah terlanjur terkena karat, ada baiknya di masukkan ke bengkel body repair untuk diperbaiki. Oh ya, airflow juga sering bermasalah di seri ini,
E30 di banderol antara 30-90 jutaan tergantung kondisi.
BMW E36
Ini adalah jenis BMW yang bisa disebut future classic, juga sama seperti E30, BMW tipe ini sering dijadikan mobil drift dan balap. Memiliki kelebihan body yang lebih rigid dibanding E30 dan sudut putar ban yang besar sehingga sangat mudah bermanuver di tempat yang sempit. E36 sering dijadikan mobil pertama bagi mereka yang ingin belajar merawat BMW. Mesin yang di usung yakni M43, M50 dan M52, tapi kalau saya boleh memberi saran, lebih baik memilih mesin M50 karena blok mesin ini menggunakan bahan besi tempa, memang berat sekitar 32 kilogram dari M52, tetapi blok jenis ini lebih tahan terhadap siksaan terutama jika terjadi overheat, besi tidak akan retak sehingga mempermudah perawatan, Tipe mesin M50 masih menggunakan sistem OBD 1 dimana lebih disukai oleh tuner jika ingin di otak atik.
E36 masih menggunakan throttle by cable yang menjadikan respon gas sangat spontan.
Jika ingin menambah tenaga, maka anda dapat melakukan stroke up atau meningkatkan kapasitas mesin menjadi 3.000 cc dengan menggunakan stroker kit dari mesin M54.
Kelemahannya sama dengan BMW pada umumnya yaitu sistem pendinginan dan kaki-kaki.
Untung meminang mobil ini siapkan dana 40-80 jutaan.
BMW E46
E46 merupakan loncatan jauh dari kakaknya E36, baik dari segi desain, performa maupun teknologi. Bentuknya yang lebih membulat membuatnya cenderung "baby face", timeless design, bahkan banyak yang tidak menyangka kalau E46 sudah berusia belasan tahun. Sasisnya 70% lebih rigid dari pada pendahulunya sehingga handling menjadi lebih sempurna dan lebih minim body roll. Mesinnya pun lebih ringan terutama yang berjenis M54, termasuk golongan mesin badak BMW.
Dalam hal perawatan pun tergolong mudah walaupun tidak semudah pendahulunya. Biasanya kerusakan terjadi di bagian elektriknya, banyak sensor yang harus di ganti jika memang sudah berumur. Dan sudah pasti sistem pendinginan dan kaki-kaki.
Yang paling ditakutkan adalah masalah di transmisi matiknya, karena biasa terjadinya tidak kenal waktu, tergantung mood si girboksnya, dan kalau kejadian biasanya sangat mengganggu dan biaya untuk overhaul bisa belasan juta. Maklum di Indonesia hanya menjual varian matiknya, sehingga kalau anda menginginkan transmisi manual, anda harus memodifikasinya, mudah kok tinggal plug and play. Saran saya kalau sudah mengharuskan overhaul, lebih baik sekalian ganti girboks manual, biaya kurang lebih sama tapi jauh lebih awet.
Jauhi tipe mesin N42 dan N46, karena mesin ini sering bermasalah, bahkan banyak yang bilang ini tipe mesin gagal BMW. So the bigger the engine the better it will perform.
Kisaran harga E46 rata-rata 80-140 jutaan.
E34
Sekilas dari depan E34 sangat mirip dengan E30, tetapi tidak demikian jika dilihat dari sisi lain, termasuk interior dan kenyamanannya. Anda bisa memilih E34 jika anda menyukai model klasik tetapi tetap menginginkan kenyamanan, Interior lebih lega, bahkan di jok belakang terdapat kulkas mini untuk minuman anda, lengkap kan. Di Indonesia tipe E34 dijual dengan mesin M50 dan M60 V8. Saran saya jika ingin memilih lebih baik yang tipe M50 karena terbebas dari masalah nikasil pada M60, walaupun memang jarang terdengar di Indonesia. Walaupun M60 V8 bersuara sangat gahar dan addicting, sayangnya di Indonesia hanya terdapat mesin 3.000 cc. padahal di luar negeri terdapat pilihan mesin 4.000 cc. Bukannya apa-apa, tetapi dalam segi konsumsi bahan bakar pasti tetap boros, akan lebih baik jika kita bisa menikmati tipe tertinggi non M. Tapi ada solusinya, yaitu dengan meningkatkan kapasitas mesin atau stroke up menjadi 4.000 cc atau 4.400cc. Tapi konsekuensinya jelas bahan bakar akan sangat boros dan tidak disarankan dipakai harian, kecuali anda memiliki saham freeport.
E34 berkisar di harga 30-80 jutaan.
E39
E39 merupakan BMW favorit saya selain E46, bahkan di seluruh dunia E39 dianggap sebagai model BMW terbaik sepanjang masa. Memang tidak salah karena jika dilihat dari berbagai sisi, kita tidak akan merasa bosan memandanginya. Sasisnya pun 70% lebih rigid daripada E34, bahkan saking rigidnya, BMW merasa tidak perlu meningkatkannya lagi di generasi selanjutnya yaitu E60. Performanya pun termasuk lebih dari cukup untuk sehari-hari.
Di Indonesia tersedia mesin M52 dan M54. Saran saya pilih varian tertingginya yaitu M54B30 alias 530i. Karena konsumsi bahan bakar sangat mirip dengan yang tipe lain tetapi performa jelas jauh diatas. Bahkan rival terberatnya yaitu Mercedes Benz tidak mampu menandingi E39 dalam segi performa maupun handling.
E39 adalah mobil terbaik bagi anda yang menginginkan kombinasi kenyamanan performa. Jelas tidak akan menurunkan gengsi jika anda membawa mobil ini ke teman bisnis anda.
Masalah pada BMW E39 ini as always ada di elektrik, sistem pendinginan dan ada bonus ECU yang terendam jika hujan karena saluran tersumbat, solusinya tinggal dibuatkan saluran pembuangan baru pada kotak ECunya. Transmisi otomatisnya juga lebih awet dibanding E46.
Kalau suka E39 anda bisa memilikinya di kisaran harga 60-120 jutaan.
for car enthusiast
Saturday, August 6, 2016
Pengalaman memakai BMW E46 (my first European car)
Sejak kecil disaat saya tidak mengerti tentang mobil, saya selalu menyukai merk BMW, entah kenapa saya seolah punya ikatan tersendiri dengan merk itu. Sampai akhirnya pada bulan Oktober 2014 saya akhirnya bisa membeli mobil tersebut yaitu BMW seri 3 dengan kode bodi E46, tepatnya 325i bermesin M54B25, a dream come true.
Saya akan menceritakan keluh kesah, suka duka bersama E46 ini yang saya namakan "Mischa".
Cerita bermula saat saya mencari mobil impian saya sejak kecil, pencarian pun dimulai dari situs modcom, OL* dan sebagainya. Tidak lupa saya juga melakukan research tentang perawatan dan masalah yang akan saya hadapi jika memilih mobil ini. Jujur sempat jiper, terutama masalah transmisinya.
Pada awalnya teman saya menyarankan untuk memilih BMW E36, dikarenakan perawatannya yang tidak semahal dan serumit model selanjutnya. Tetapi setelah banyak pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk memilih E46 sebagai my next best friend.
Setelah berminggu-minggu mencari akhirnya saya mendapatkan unit di daerah Jakarta Timur, setelah bernego ria akhirnya deal di harga Rp. 105 jetong. Dan dari sini lah petualangan dimulai. Jujur unit yang saya dapat jauh dari sempurna, tetapi pemilik sebelumnya memberikan bon perawatan sebelumnya yang cukup membuat saya tenang. Well ternyata tidak seindah impian saya,..
Hari pertama saya pakai sudah ada 3 masalah atau "PR" yaitu:
1. Air radiator cepat habis
2. Mesin agak pincang
3. steering rack agak oblak
Sementara sih itu dulu, jadi saya langsung melakukan hobi para pemilik BMW tua yaitu NGEBENGKEL. Waktu di scan saya mendapatkan coil nomor 4 mati jadi langsung diganti, harganya kalo ga salah waktu itu 400ribuan belum ongkos. Yowes lah yaa.. pincangnya hilang. Eits.. ternyata waktu sorenya muncul lagi dong gejala pincangnya #tepokjidatgebetan. Balik lagi deh ke bengkel, dan scan ulang, ketemu lah coil nomor 4 lagi.. (what the..) yawes dibenerin. Dan mulus lagi... For a while..
Besok pagi pincang lagi mesinnya (stress ga sih..), balik lagi ke bengkel dan akhirnya diputuskan untuk tune up sekalian carbon clean, dan akhirnya ketahuan kalau businya gado-gado makanya pincang terus (damn). OK lah abis itu kelar deh (or so I thought..)
Besok paginya waktu saya mau kerja muncul dong logo gear. apa lagi iniii??? Ini artinya transmisi masuk dalam Limp Mode atau Safe Mode, intinya ini gear cuma bisa jalan pada gigi 3 atau 4 saja, tidak bisa dipindah jadi bayangin lemotnya kayak apa terutama waktu abis berhenti.
Mimpi buruk saya tentang transmisi terjadi di hari ke 3 pasca pembelian. Akhirny ngebengkel lagi doong dan ganti gear selector harganya 3 jutaan. Beres dehh, (for a while).
Beberapa hari tidak ada masalah, akhirnya mesin saya overheat dan saya harus berhenti dipinggir jalan buat isi lagi air radiator.. (Noooo).. Ngebengkel lagi ganti ekspansion tank, thermostat, steering rack copotan dll plus ganti brake booster (soalnya waktu injak rem ada suara angin, ketahuan kalau brake boosternya bocor) 4 jutaan unitnya #gigitjempol
Beberapa minggu santai sambil modif gaya anak muda, velg, coilover, knalpot, camber kit (nanti akan saya paparkan). Dan sampai pada saat dimana girboks saya jebol di tengah jalan dan ga bisa gerak sama sekali, bikin macet cuyy.. Malu sampai ke ubun ubun BMW di derek..
That's it for the f*ckin gearbox, akhirnya saya ambil langkah radikal yaitu swap ke transmisi manual, saya percayakan ke bengkel spesialis BMW di Bambu Apus yaitu RDM motor (sekalian promosi tapi ga dibayar hehe).
BMW saya nginep di RDM kira-kira 3 minggu sampai selesai, saya pakai girboks manual 5 speed dari E36 M43 beserta short shifter dan sekalian ganti spidometer jadi MPH #cool.
Saya juga cabut ASC (Traction control BMW) karena memang agak masalah, jadi saya murni nyetir BMW tanpa traction control, jadi harus ngasah skill #cieeh
Tapi jujur mobil ini jadi super responsif sejak jadi manual, berani deh lawan mobil V6 Jepang.
Well setelah itu tidak ada masalah berarti lagi, cuma ganti oli dan isi bensin saja. Beberapa bulan kemudian.. knalpot saya abis oli mesin dan sering keluar asap putih tipis #vangkeee.. akhirnya ganti packing silindernya sama oil separator lengkap dengan selang-selangnya (yang dimana saya baru tahu kalau pemilik sebelumnya mengganti selang bukan original makanya gampang getas dan bocor #sheesh...
Well that's all sampai sekarang aman banget, tidak ada PR aneh-aneh, Tinggal sensor oli, sensor ABS, kaki-kaki, sama cat ulang semua buat hilangin karat (yess karat) #forgodsake..
Seperti yang saya janjikan, ini daftar modif E46 saya:
1. Swap to manual gearbox ex E36 M43 5speed with short shifter
2. Speedometer MPH
3. Velg MK Motorsport ori R17
4. Spacer 1,5cm
5. Camber kit
6. Knalpot remus
7. Coilover TA technix ( ini coilover paling murah yang saya temukan, asal Swedia, harga 6,5 jutaan, cukup buat mobil ceper tapi ga lebay, masih bisa harian. Kekurangannya cuma bisa setel ketinggian tapi tidak bisa setel level keras lembutnya. Dan tidak disediakan link stabilizer jadi harus putar otak buat pasang yang orinya)
FAQ
1. Apakah saya puas?
Sangat
2. Apakah ada rencana menjual E46 saya?
Tidak
3. Apakah saya berencana membeli BMW lain?
Ya tapi bukan keluaran terbaru, saya berencana membeli E36 untuk harian
4. Berapa biaya total dikeluarkan sampai saat ini?
Tidak tahu persis nominalnya, setidaknya sudah 30 juta
5. Apakah ada proyek selanjutnya untuk E46 saya?
Ya, stroke up mesin ke 3000cc, pasang throttle controller, ganti warna, ganti head unit, strut bar
6. Pengalaman terbaik saya bersama E46?
BMW adalah brand dengan penggemar terbanyak di dunia, tapi tidak banyak yang mau dan rela merawatnya sampai bertahun-tahun. Terutama di Indonesia, BMW bukan jenis mobil yang sering terlihat dijalan apalagi jenis yang tua, karena itu jika kita berpapasan dengan penggemar lainnya, kita seolah memiliki ikatan dan saling menghormati walaupun kita tidak kenal satu sama lain.#allbimmerarebrother
Moral of the story
Saya memilih seri ini karena E46 adalah BMW terakhir yang menggunakan 30 persen komputer dan 70 persen mekanikal, sehingga perbaikannya lebih mudah dan bahkan jika anda senang mengerjakan sendiri bisa menekan biaya perbaikan. Berbeda dengan seri keluaran selanjutnya dimana kebanyakan diatur oleh komputer dan kebanyakan perbaikannya hanya bisa dilakukan di bengkel khusus atau dealership yang biayanya merampok, bahkan diluar negeri sering disebut "stealership".
Saran saya untuk yang ingin memilih BMW untuk jadi sahabat sehari-hari, pilih BMW keluaran 2004 kebawah, karena lebih sederhana dan modelnya cenderung timeless. Dan model dibawah tahun 2004 juga memiliki banyak barang copotan yang pastinya jauh lebih murah dan juga kita memiliki banyak komunitas yang siap membantu.
Once you drive Bimmer, you'll never go back
Saya akan menceritakan keluh kesah, suka duka bersama E46 ini yang saya namakan "Mischa".
Cerita bermula saat saya mencari mobil impian saya sejak kecil, pencarian pun dimulai dari situs modcom, OL* dan sebagainya. Tidak lupa saya juga melakukan research tentang perawatan dan masalah yang akan saya hadapi jika memilih mobil ini. Jujur sempat jiper, terutama masalah transmisinya.
Pada awalnya teman saya menyarankan untuk memilih BMW E36, dikarenakan perawatannya yang tidak semahal dan serumit model selanjutnya. Tetapi setelah banyak pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk memilih E46 sebagai my next best friend.
Setelah berminggu-minggu mencari akhirnya saya mendapatkan unit di daerah Jakarta Timur, setelah bernego ria akhirnya deal di harga Rp. 105 jetong. Dan dari sini lah petualangan dimulai. Jujur unit yang saya dapat jauh dari sempurna, tetapi pemilik sebelumnya memberikan bon perawatan sebelumnya yang cukup membuat saya tenang. Well ternyata tidak seindah impian saya,..
Hari pertama saya pakai sudah ada 3 masalah atau "PR" yaitu:
1. Air radiator cepat habis
2. Mesin agak pincang
3. steering rack agak oblak
Sementara sih itu dulu, jadi saya langsung melakukan hobi para pemilik BMW tua yaitu NGEBENGKEL. Waktu di scan saya mendapatkan coil nomor 4 mati jadi langsung diganti, harganya kalo ga salah waktu itu 400ribuan belum ongkos. Yowes lah yaa.. pincangnya hilang. Eits.. ternyata waktu sorenya muncul lagi dong gejala pincangnya #tepokjidatgebetan. Balik lagi deh ke bengkel, dan scan ulang, ketemu lah coil nomor 4 lagi.. (what the..) yawes dibenerin. Dan mulus lagi... For a while..
Besok pagi pincang lagi mesinnya (stress ga sih..), balik lagi ke bengkel dan akhirnya diputuskan untuk tune up sekalian carbon clean, dan akhirnya ketahuan kalau businya gado-gado makanya pincang terus (damn). OK lah abis itu kelar deh (or so I thought..)
Besok paginya waktu saya mau kerja muncul dong logo gear. apa lagi iniii??? Ini artinya transmisi masuk dalam Limp Mode atau Safe Mode, intinya ini gear cuma bisa jalan pada gigi 3 atau 4 saja, tidak bisa dipindah jadi bayangin lemotnya kayak apa terutama waktu abis berhenti.
Mimpi buruk saya tentang transmisi terjadi di hari ke 3 pasca pembelian. Akhirny ngebengkel lagi doong dan ganti gear selector harganya 3 jutaan. Beres dehh, (for a while).
Beberapa hari tidak ada masalah, akhirnya mesin saya overheat dan saya harus berhenti dipinggir jalan buat isi lagi air radiator.. (Noooo).. Ngebengkel lagi ganti ekspansion tank, thermostat, steering rack copotan dll plus ganti brake booster (soalnya waktu injak rem ada suara angin, ketahuan kalau brake boosternya bocor) 4 jutaan unitnya #gigitjempol
Beberapa minggu santai sambil modif gaya anak muda, velg, coilover, knalpot, camber kit (nanti akan saya paparkan). Dan sampai pada saat dimana girboks saya jebol di tengah jalan dan ga bisa gerak sama sekali, bikin macet cuyy.. Malu sampai ke ubun ubun BMW di derek..
That's it for the f*ckin gearbox, akhirnya saya ambil langkah radikal yaitu swap ke transmisi manual, saya percayakan ke bengkel spesialis BMW di Bambu Apus yaitu RDM motor (sekalian promosi tapi ga dibayar hehe).
BMW saya nginep di RDM kira-kira 3 minggu sampai selesai, saya pakai girboks manual 5 speed dari E36 M43 beserta short shifter dan sekalian ganti spidometer jadi MPH #cool.
Saya juga cabut ASC (Traction control BMW) karena memang agak masalah, jadi saya murni nyetir BMW tanpa traction control, jadi harus ngasah skill #cieeh
Tapi jujur mobil ini jadi super responsif sejak jadi manual, berani deh lawan mobil V6 Jepang.
Well setelah itu tidak ada masalah berarti lagi, cuma ganti oli dan isi bensin saja. Beberapa bulan kemudian.. knalpot saya abis oli mesin dan sering keluar asap putih tipis #vangkeee.. akhirnya ganti packing silindernya sama oil separator lengkap dengan selang-selangnya (yang dimana saya baru tahu kalau pemilik sebelumnya mengganti selang bukan original makanya gampang getas dan bocor #sheesh...
Well that's all sampai sekarang aman banget, tidak ada PR aneh-aneh, Tinggal sensor oli, sensor ABS, kaki-kaki, sama cat ulang semua buat hilangin karat (yess karat) #forgodsake..
Seperti yang saya janjikan, ini daftar modif E46 saya:
1. Swap to manual gearbox ex E36 M43 5speed with short shifter
2. Speedometer MPH
3. Velg MK Motorsport ori R17
4. Spacer 1,5cm
5. Camber kit
6. Knalpot remus
7. Coilover TA technix ( ini coilover paling murah yang saya temukan, asal Swedia, harga 6,5 jutaan, cukup buat mobil ceper tapi ga lebay, masih bisa harian. Kekurangannya cuma bisa setel ketinggian tapi tidak bisa setel level keras lembutnya. Dan tidak disediakan link stabilizer jadi harus putar otak buat pasang yang orinya)
FAQ
1. Apakah saya puas?
Sangat
2. Apakah ada rencana menjual E46 saya?
Tidak
3. Apakah saya berencana membeli BMW lain?
Ya tapi bukan keluaran terbaru, saya berencana membeli E36 untuk harian
4. Berapa biaya total dikeluarkan sampai saat ini?
Tidak tahu persis nominalnya, setidaknya sudah 30 juta
5. Apakah ada proyek selanjutnya untuk E46 saya?
Ya, stroke up mesin ke 3000cc, pasang throttle controller, ganti warna, ganti head unit, strut bar
6. Pengalaman terbaik saya bersama E46?
BMW adalah brand dengan penggemar terbanyak di dunia, tapi tidak banyak yang mau dan rela merawatnya sampai bertahun-tahun. Terutama di Indonesia, BMW bukan jenis mobil yang sering terlihat dijalan apalagi jenis yang tua, karena itu jika kita berpapasan dengan penggemar lainnya, kita seolah memiliki ikatan dan saling menghormati walaupun kita tidak kenal satu sama lain.#allbimmerarebrother
Moral of the story
Saya memilih seri ini karena E46 adalah BMW terakhir yang menggunakan 30 persen komputer dan 70 persen mekanikal, sehingga perbaikannya lebih mudah dan bahkan jika anda senang mengerjakan sendiri bisa menekan biaya perbaikan. Berbeda dengan seri keluaran selanjutnya dimana kebanyakan diatur oleh komputer dan kebanyakan perbaikannya hanya bisa dilakukan di bengkel khusus atau dealership yang biayanya merampok, bahkan diluar negeri sering disebut "stealership".
Saran saya untuk yang ingin memilih BMW untuk jadi sahabat sehari-hari, pilih BMW keluaran 2004 kebawah, karena lebih sederhana dan modelnya cenderung timeless. Dan model dibawah tahun 2004 juga memiliki banyak barang copotan yang pastinya jauh lebih murah dan juga kita memiliki banyak komunitas yang siap membantu.
Me with BMW E46 Indonesia
Once you drive Bimmer, you'll never go back
Ritual 2 (khusus transmisi otomatis)
Sering sekali saya melihat orang yang mengemudikan mobil matik cenderung langsung memindahkan tuas ke posisi P sesaat setelah parkir, bahkan ada yang melakukannya saat antri di lampu merah #tepokjidatsambilgelenggeleng.
Pada kasus parkir memang wajar memindahkan tuas keposisi P tetapi ada baiknya jangan tiba-tiba. Penjelasannya adalah pada saat di posisi D, gear akan selalu berputar entah anda dalam keadaan jalan maupun diam. Sedangkan pada posisi P, gear yang berputar tadi akan langsung di hentikan dengan pin pengunci gear. Bayangkan sebuah kipas angin yang bilahnya sedang berputar lalu di hentikan tiba-tiba dengan memasukkan sebatang tongkat, jelas ini sangat merusak, baik bilahnya maupun poros motornya. Lalu bayangkan jika hal itu anda lakukan terus menerus selama bertahun-tahun. Sudah pasti transmisi matik anda akan lebih pendek umurnya dibanding peliharaan kesayangan anda.
Satu hal lagi jika anda memiliki lahan parkir yang tidak rata atau agak menanjak, Mungkin sering melakukan urutan hal ini:
1. Injak rem sampai berhenti
2. Pindahkan gear ke posisi P
3. Lepas pedal rem (mobil agak mundur)
4. Tarik rem tangan
5. Matikan mesin
Lalu pada saat anda ingin menggunakan mobil lagi, anda mungkin sering merasa agak keras saat ingin memindahkan gear dari P ke gear lainnya dan cenderung "ngejedak" kasar.
Well, berarti transmisi anda sedang dipaksa untuk pindah dari P ke gear lain karena perlakuan anda sebelum parkir.
Urutan yang benar saat parkir adalah:
1. Injak rem sampai berhenti
2. Pindahkan gear ke posisi N
3. Tarik rem tangan
4. Pindahkan gear ke posisi P
5. Lepas pedal rem
6. Matikan mesin
Lihat perbedaannya?
Pada urutan ini mobil anda tidak mundur sebelum anda menarik rem tangan dan gear yang sedang berputar dari posisi D tidak "dipaksa" berhenti karena anda memindahkan ke N beberapa saat sebelum akhirnya pindah ke P. Dengan melakukan ini anda memberi kesempatan untuk gear yang sedang berputar tadi untuk "mengerem" perlahan sebelum akhirnya berhenti total.
Dan satu lagi anda tidak membiarkan mobil mundur saat berhenti di tanjakan dalam posisi P.
Trust me ini sangat membantu memperpanjang usia transmisi matik anda.
Tambahan:
Untuk mobil non Eropa biasanya transmisi matiknya tidak dilengkapi dengan Automatic Transmission Cooler yang dari namanya jelas untuk mendinginkan oli transmisi anda saat dipakai, pada dasarnya cara kerjanya mirip radiator tapi dalam kasus ini yang didinginkan adalah oli transmisi. Anda bisa menambahkan oil cooler aftermarket. Benda ini membantu transmisi anda agar selalu bekerja secara prima dalam perjalanan jauh, apalagi untuk anda yang sering berkendara keluar kota. Mungkin dampaknya tidak terlalu terasa tapi jelas sangat baik untuk yang ingin memakai mobilnya dalam jangka panjang dan baik untuk isi dompet anda.
Treat your car as much as you want to be treated...
Pada kasus parkir memang wajar memindahkan tuas keposisi P tetapi ada baiknya jangan tiba-tiba. Penjelasannya adalah pada saat di posisi D, gear akan selalu berputar entah anda dalam keadaan jalan maupun diam. Sedangkan pada posisi P, gear yang berputar tadi akan langsung di hentikan dengan pin pengunci gear. Bayangkan sebuah kipas angin yang bilahnya sedang berputar lalu di hentikan tiba-tiba dengan memasukkan sebatang tongkat, jelas ini sangat merusak, baik bilahnya maupun poros motornya. Lalu bayangkan jika hal itu anda lakukan terus menerus selama bertahun-tahun. Sudah pasti transmisi matik anda akan lebih pendek umurnya dibanding peliharaan kesayangan anda.
Satu hal lagi jika anda memiliki lahan parkir yang tidak rata atau agak menanjak, Mungkin sering melakukan urutan hal ini:
1. Injak rem sampai berhenti
2. Pindahkan gear ke posisi P
3. Lepas pedal rem (mobil agak mundur)
4. Tarik rem tangan
5. Matikan mesin
Lalu pada saat anda ingin menggunakan mobil lagi, anda mungkin sering merasa agak keras saat ingin memindahkan gear dari P ke gear lainnya dan cenderung "ngejedak" kasar.
Well, berarti transmisi anda sedang dipaksa untuk pindah dari P ke gear lain karena perlakuan anda sebelum parkir.
Urutan yang benar saat parkir adalah:
1. Injak rem sampai berhenti
2. Pindahkan gear ke posisi N
3. Tarik rem tangan
4. Pindahkan gear ke posisi P
5. Lepas pedal rem
6. Matikan mesin
Lihat perbedaannya?
Pada urutan ini mobil anda tidak mundur sebelum anda menarik rem tangan dan gear yang sedang berputar dari posisi D tidak "dipaksa" berhenti karena anda memindahkan ke N beberapa saat sebelum akhirnya pindah ke P. Dengan melakukan ini anda memberi kesempatan untuk gear yang sedang berputar tadi untuk "mengerem" perlahan sebelum akhirnya berhenti total.
Dan satu lagi anda tidak membiarkan mobil mundur saat berhenti di tanjakan dalam posisi P.
Trust me ini sangat membantu memperpanjang usia transmisi matik anda.
Tambahan:
Untuk mobil non Eropa biasanya transmisi matiknya tidak dilengkapi dengan Automatic Transmission Cooler yang dari namanya jelas untuk mendinginkan oli transmisi anda saat dipakai, pada dasarnya cara kerjanya mirip radiator tapi dalam kasus ini yang didinginkan adalah oli transmisi. Anda bisa menambahkan oil cooler aftermarket. Benda ini membantu transmisi anda agar selalu bekerja secara prima dalam perjalanan jauh, apalagi untuk anda yang sering berkendara keluar kota. Mungkin dampaknya tidak terlalu terasa tapi jelas sangat baik untuk yang ingin memakai mobilnya dalam jangka panjang dan baik untuk isi dompet anda.
Treat your car as much as you want to be treated...
Ritual 1 (membuka kap mesin)
Kita tentu mengerti bahwa teknologi mesin mobil saat ini masih memakai sistem pembakaran untuk menjalankan mobil, dan sudah hukum fisika dimana pembakaran akan selalu menimbulkan panas. Dan bukan rahasia lagi kalau panas yang berlebihan akan meniumbulkan kerusakan, dalam topik kali ini yang dimaksud adalah kerusakan "benda-benda" didalam sekitar mesin atau bahkan mesin itu sendiri. Yang saya maksud adalah kabel, selang, dan pernak pernik elektronik lainnya.
Ada ritual sederhana dimana kita bisa memperpanjang usia pakai benda benda tersebut dimobil kita, tak lain dengan membuka kap mesin setiap kali kita sudah mengemudikan mobil. Hal ini mungkin terdengar sepele, tapi saya sendiri sudah membuktikan dengan cara ini pernak-pernik mesin mobil saya lebih awet. Penjelasannya tak lain dan tak bukan karena hawa panas yang dihasilkan oleh mesin akan lebih cepat terlepas dan tidak menumpuk dibawah kap mesin. Dengan lebih cepatnya hawa panas dilepaskan maka selang maupun kabel didalamnya tidak akan cepat getas. Ibaratnya bayangkan anda sedang banyak berkeringat setalah aktivitas berat, let's say berolah raga 3 jam non stop, tentu akan lebih nyaman jika kita membuka pakaian agar keringat cepat menguap.
Hal ini lebih membantu untuk mobil yang memiliki kapasitas mesin besar (biasanya mobil Eropa), contohnya mobil A berkapasitas mesin 1500cc 4 silinder dan mobil B lagi berkapasitas mesin 3000cc 6 silinder, Sudah jelas kalau pembakaran dimobil B lebih banyak dan panas yang dihasilkan pun lebih tinggi sehingga akan sangat membantu kalau kebiasaan membuka kap mesin sering dilakukan. Kriteria mobil B biasanya ada di mobil-mobil Eropa contohnya BMW, Mercedes Benz, dkk dan pemilik merek itu banyak yang mengeluh soal cepat getasnya selang maupun kabel dimesin mereka sehingga minta "jajan" melulu, memang banyak yang berpendapat kalau bahan yang digunakan di mobil Eropa tidak cocok digunakan di Indonesia yang beriklim tropis, dan mungkin itu ada benarnya, tapi dengan sering membuka kap mesin saat mesin mobil panas, niscaya akan menepis anggapan tersebut.
Tentu saja hal ini tidak perlu anda lakukan setiap saat, cukup lakukan jika anda sudah sampai dirumah. Karena tidak lucu kalau anda sedang di pusat perbelanjaan dan anda membuka kap mesin selagi anda membeli kebutuhan anda, dan saat kembali ke mobil anda menemukan kalau aki, filter udara, lampu HID impor mahal anda raib.
Treat of your car as much as you want to be treated...
Ada ritual sederhana dimana kita bisa memperpanjang usia pakai benda benda tersebut dimobil kita, tak lain dengan membuka kap mesin setiap kali kita sudah mengemudikan mobil. Hal ini mungkin terdengar sepele, tapi saya sendiri sudah membuktikan dengan cara ini pernak-pernik mesin mobil saya lebih awet. Penjelasannya tak lain dan tak bukan karena hawa panas yang dihasilkan oleh mesin akan lebih cepat terlepas dan tidak menumpuk dibawah kap mesin. Dengan lebih cepatnya hawa panas dilepaskan maka selang maupun kabel didalamnya tidak akan cepat getas. Ibaratnya bayangkan anda sedang banyak berkeringat setalah aktivitas berat, let's say berolah raga 3 jam non stop, tentu akan lebih nyaman jika kita membuka pakaian agar keringat cepat menguap.
Hal ini lebih membantu untuk mobil yang memiliki kapasitas mesin besar (biasanya mobil Eropa), contohnya mobil A berkapasitas mesin 1500cc 4 silinder dan mobil B lagi berkapasitas mesin 3000cc 6 silinder, Sudah jelas kalau pembakaran dimobil B lebih banyak dan panas yang dihasilkan pun lebih tinggi sehingga akan sangat membantu kalau kebiasaan membuka kap mesin sering dilakukan. Kriteria mobil B biasanya ada di mobil-mobil Eropa contohnya BMW, Mercedes Benz, dkk dan pemilik merek itu banyak yang mengeluh soal cepat getasnya selang maupun kabel dimesin mereka sehingga minta "jajan" melulu, memang banyak yang berpendapat kalau bahan yang digunakan di mobil Eropa tidak cocok digunakan di Indonesia yang beriklim tropis, dan mungkin itu ada benarnya, tapi dengan sering membuka kap mesin saat mesin mobil panas, niscaya akan menepis anggapan tersebut.
Tentu saja hal ini tidak perlu anda lakukan setiap saat, cukup lakukan jika anda sudah sampai dirumah. Karena tidak lucu kalau anda sedang di pusat perbelanjaan dan anda membuka kap mesin selagi anda membeli kebutuhan anda, dan saat kembali ke mobil anda menemukan kalau aki, filter udara, lampu HID impor mahal anda raib.
Treat of your car as much as you want to be treated...
Subscribe to:
Posts (Atom)